Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

NATAL DIDALAM KESUNYIAN, DIBALIK TENDA PENGUNGSIAN"(𝙽𝚊𝚝𝚊𝚕 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑, 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊, 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝)

"NATAL DIDALAM KESUNYIAN, DIBALIK TENDA PENGUNGSIAN"
(𝙽𝚊𝚝𝚊𝚕 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑, 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊, 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝) 
Oleh : E

𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙛𝙞𝙧𝙢𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙡𝙖𝙣 𝙔𝙚𝙨𝙖𝙮𝙖 41:10 
"𝘼𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙢𝙚𝙜𝙖𝙣𝙜 𝙚𝙣𝙜𝙠𝙖𝙪 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙣𝙖𝙣-𝙆𝙪, 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙬𝙖 𝙠𝙚𝙢𝙚𝙣𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣".

Sejatinya Hari Natal merupakan hari raya suci dan sakral yang secara reguler dirayakan oleh umat Kristiani diseluruh dunia untuk menyambut datangnya Tuhan ke muka bumi dengan menyerupai manusia, agar manusia mendapatkan keselamatan dengan pengorbanan diri-Nya menjadi daging, tulang, dan darah untuk dapat merasakan penderitaan manusia di muka bumi dan memberikan pengampunan dosa atas setiap manusia yang beriman kepada-Nya.

Namun keimanan umat Kristen akan terus diuji oleh Iblis dan keturunannya yang memang sejak awal membenci manusia dan berusaha menjerumuskan manusia ke lembah kehinaan di neraka. 

Termasuk hal yang paling penting bagi umat Kristen di Indonesia khususnya Papua. Perayaan natal merupakan peristiwa spiritual hadirnya KRISTUS YESUS dalam diri manusia, menjadi penuntun bagi setiap manusia yang memiliki akal pikiran yang sehat, termasuk menggunakan Tuhan sebagai penyelamat/juru selamat atas setiap keburukan yang ada di dunia.

Disepanjang manusia hidup, maka akan selalu ada pradoks, baik dan buruk, kecelakaan dan keselamatan, kesenangan dan kesengsaraan. Termasuk, bagi umat Kristen di Indonesia, khususnya di Tanah Papua yang percaya bahwa Tuhan selalu mengirimkan kebaikan bagi umat-Nya, termasuk kesadaran indrawi untuk melihat realitas kehidupan kebangsaan di Tanah Papua yang tidak pernah berhenti menerima takdir dan tragedi kemanusiaan.
Sebagai umat yang percaya pada janji-janji Tuhan bahwa Tanah Papua adalah milik Tuhan, dan Tuhan-lah yang akan menyelesaikan setiap persoalan di tanah ini.

Dalam perayaan Natal di Tahun 2021, lagi-lagi "iblis" berhasil mengutus kekacauan ditengah umat Kristen di Tanah Papua, dimana dalam momentum perayaan Natal, setiap umat kristen menyambut kasih Tuhan dihari natal, disertai nyanyian kidung "agung" keimanan yang memuji dan mengagungkan Tuhan disetiap sudut Gereja yang tersebar di lembah-lembah, di gunung-gunung, lembah-lembah, di rawa-rawa, di pantai-pantai,  di pulau-pulau, di perkampungan hingga ke keperkotaan. Namun, suka cita tersebut berganti dengan duka cita dan rasa takut/horror, akibat pengerahan Pasukan organik militer bersenjata lengkap, disertai Ranpur moderen, di sela-sela perayaan natal di Tanah Papua.

Disepanjang operasi militer di wilayah Papua dalam beberapa tahun terakhir, mengakibatkan gelombang pengungsian yang terjadi secara besar-besaran, bahkan telah mencapai 60.000an warga sipil yang mengungsi meninggalkan Kampung halamannya dan memilih untuk bertahan dan merayakan Natal di kamp-kamp pengungsian di hutan. 

Melihat dampak horror dari pengerahan pasukan organik militer di wilayah Konflik yang menewaskan banyak korban dari warga sipil, tentunya menjadi satu alasan yang sangat rasional mengapa umat Kristen dari masyarakat asli Papua memandang pengerahan pasukan bersenjata lengkap dengan Ranpur canggih ke sejumlah pemukiman warga sipil,
 sebagai "ancaman terhadap keselamatan mereka". 

Memang menjadi sebuah ironi, ketika organ militer yang digaji dengan uang pajak rakyat, justru tidak dipercaya oleh rakyat pembayar pajak di Tanah Papua, untuk melindungi hak hidup mereka. Hal ini tentu disebabkan oleh banyaknya peristiwa kekerasan bersenjata yang mengakibatkan korban jiwa di masyarakat sipil Orang Papua (Ras Melanesia). 

Kehadiran militer di tanah Papua dengan skala besar, tentu saja merupakan suatu momok yang mengerikan atau ancaman bagi rakyat Papua yang berada didaerah konflik/daerah terpencil yang jauh dari pantauan dunia luas. 

Pada kesempatan ini, untuk menyelamatkan nama baik Demokrasi Indonesia yang diakui Dunia, maka itu kami meminta kepada pemerintah Republik Indonesia untuk segera menarik Militer dari tanah Papua Barat dan segera memberikan hak menentukan nasib sendiri bagi bangsa Papua Barat sebagai solusi paling Demokratis.🙏
 
Selamat Merayakan Natal Keluargaku yang berada di Gunung-gunung dan di lembah-lembah kesunyian dibalik tenda-tenda pengungsian :
- 𝙈𝙖𝙮𝙗𝙧𝙖𝙩          : (3.121 𝙟𝙞𝙬𝙖) 
- 𝙞𝙣𝙩𝙖𝙣 𝙅𝙖𝙮𝙖      : (5.859 𝙟𝙞𝙬𝙖) 
- 𝙋𝙚𝙜.𝘽𝙞𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜  : (2.000 𝙟𝙞𝙬𝙖) 
- 𝙋𝙪𝙣𝙘𝙖𝙠           : (2.724 𝙟𝙞𝙬𝙖) 
- 𝙔𝙖𝙝𝙪𝙠𝙞𝙢𝙤       : (4.695 𝙟𝙞𝙬𝙖)
- 𝙉𝙙𝙪𝙜𝙖             : (50.000 𝙟𝙞𝙬𝙖) 

"Semoga Cinta Kasih Natal memberikan penghiburan dibalik kesunyian, serta membawa kehangatan dan kedamaian didalam tenda pengungsian".🌹

"𝙏𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙧𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙣𝙖𝙩𝙖𝙡 𝙙𝙞 𝙥𝙚𝙣𝙜𝙪𝙣𝙜𝙨𝙞𝙖𝙣. 𝙃𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 (𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜-𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙩𝙚𝙣𝙩𝙪) 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙡𝙖𝙢𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜-𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙪𝙖𝙩".💪

Posting Komentar

0 Komentar