Massa aksi yang tergabung dalam SOLIDARITAS PRO DEMOKRASI & MAHASISWA PUNCAK
SE-JAWA & BALI melakukan aksi demonstrasi menuntut keadilan atas situasi di puncak Papua kepada presiden Jokowi dan pimpinan militer pada Senin, (07/03/22). Selain itu, massa aksi juga telah beraudiensi dengan Komnas HAM dan KPAI untuk membentuk tim investigasi lalu menginvestigasi pembunuhan satu anak dan penganiayaan 6 anak lainnya di puncak Jaya.
Berikut kronologis tikum menuju ke tenpat TKP :
Pukul 10:30 wib,
Massa aksi 20-an lebih berangkat ke titik aksi menggunakan 2 angkot dan beberapa kawan menggunakan sepeda motor. Sementara itu, massa aksi dari Jaksel yg menggunakan 1 bus metromini lebih awal berangkat ke titik aksi. Jumlah keseluruhan massa aksi adalah sebanyak 130 orang.
Pukul 11: 15 wib, massa aksi yang hendak menuju titik aksi dihalangi aparat gabungan dari militer dan polisi dengan alasan yg tidak jelas. Tim negosiator pun mencoba negosiasi, tapi mereka tetap menolak untuk massa aksi tidak boleh ke depan gedung mabes TNI. "Tujuan kedatangan kami disini jelas dan sesuai prosedur. Kami telah memasukan surat pemberitahuan di kepolisian, tapi kenapa mereka palang jalan?" Ungkap salah seorang tim negosiator. melihat terhadap TNI & proli membungkam Ruang demokrasit, karna UUD 1945 /pasal 39 ayat 23 katakan bahwa boleh Menyebaikan Aspirasi muka umum & Hak Asasi manusia . tetapi kenapa TNI & proli melakukan represifitas terhadap massa aksi ini sangat ketidak adilan terhadap massa aksi. & bangsa papua.
Pukul 11:30 wib,
Dengan pengawalan ketat oleh aparat gabungan TNI-Polri terpaksa massa aksi menyampaikan orasi di jalan. Sementara itu, tim negosiator tetap negosiasi agar aksi tetap diadakan sesuai tujuan di mabes TNI.
Massa aksi mulai menyampaikan aspirasi (orasi). Namun tidak diberikan ruang.
Pukul 13: 10 wib
Massa aksi melakukan longmarch ke patung kuda dikawal oleh polisi.
Pukul 13: 40 wib, massa aksi tiba di patung kuda dan mulai menyampaikan orasi. Terlihat beberapa aparat sudah bersiaga disana. Salah satu massa aksi, dalam orasinya menuntut pemerintahan Jokowi untuk menarik pasukan organi dan non-organik dari Papua. Hal yg sama juga disampaikan oleh salah satu massa aksi bahwa perempuan Papua melahirkan anak bukan untuk dibunuh.
Di sisi lain, massa aksi juga membakar peti mayat yg bertuliskan " RIP Makilon Tabuni".
Bob, salah satu massa aksi menyampaikan pembakaran peti tersebut untuk mengenang korban yg disiksa aparat TNI lalu meninggal.
Pukul 14: 45 wib, korlap membacakan pernyataan sikap.
Pukul 15:00 wib,
Setelah membacakan pernyataan sikap, massa aksi berangkat ke Komnas HAM dan KPAI untuk beraudiensi.
Pukul 15: 30 wib, massa aksi tiba di KPAI lalu menyampaikan orasi. Massa aksi menuntut dan berharap KPAI segera melakukan investigasi.
15: 50 wib, perwakilan mahasiswa menyerahkan data2 atas penganiayaan terhadap 7 anak yg berakhir satu diantaranya meninggal.
16: 20 wib,
Perwakilan massa aksi sudah keluar dari KPAI setelah menyerahkan berkas. Korlap menyampaikan kasus tersebut harus segera dilakukan investigasi. Kalau tidak dilakukan sesuai aspirasi, massa aksi akan terus menuntut. "Kami akan datang lagi untuk memastikan hasilnya!" Tegas korlap.
16:40 wib
Massa aksi tiba di Komnas HAM. Terlihat aparat keaman telah bersiaga disana. Massa aksi langsung berbaris, buka spandu, poster lalu menyampaikan orasi. Setelah perwakilan massa aksi diizinkan untuk audiensi dengan pihak Komnas HAM. Salah satu massa aksi dalam orasinya menyampaikan tidak percaya Komnas HAM, karena kedatangan mahasiswa Papua untuk melaporkan kasus pelanggan HAM bukan kali ini saja.
"Hari ini kami berikan kartu kuning kepada Komnas HAM! Kami bisa percaya Komnas HAM kalo menyelesaikan kasus pembunuhan 1 anak dan 6 lainnya yg dianiaya oleh TNI."
Hal yg sama ini disampaikan di KPAI. Massa aksi menuntut agar kasus ini dapat diselesaikan dengan membentuk tim investigasi independen.
Bersama dengan itu, Ambros mulait, salah satu massa aksi menanyakan Komnas HAM terkait rencana kedatangan dewan HAM PBB ke Papua dalam orasinya. Ia juga menanyakan sikap Komnas HAM terkait kasus pembunuhan Pdt. Jeremia zanambani.
Berkaca dari pengalaman2 sebelumnya, massa aksi tidak percaya lagi Komnas HAM. Kasus pembunuhan Pdt Yeremia zanambani Samapi pada kasus meninggalnya 1 anak dan penganiayaan 6 temannya pun tidak ada tanggapan dari Komnas HAM.
Pukul 17:30 wib,
Perwakilan massa aksi yg beraudiensi dengan Komnas HAM telah keluar. Hasilnya, Komnas HAM terima laporan dan akan diadakan audiensi lagi pada hari Rabu mendatang dengan ketua komnas HAM.
Berikut pernyataan sikap dari SOLIDARITAS PRO DEMOKRASI & MAHASISWA PUNCAK
SE-JAWA & BALI:
1. Presiden Jokowi segera Tarik Militer Organik & non-organik dari Kab.Puncak Papua & Bertanggung Jawab Penuh Atas Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Oleh TNI/Polri Di Kab.Puncak Papua.
2. Bupati puncak (Willem Wandik ) segera Tarik surat izin operasi Militer selama 30 hari ( telah melebih batas Waktu ). Dan Pemerintah Kab. Puncak Papua Bertanggung Jawab Penuh Atas Penelantaran Siswa/Siswi Akibat Operasi Militer.
3. Stop Menggunakan Fasilitas Pendidikan Sebagai Penampungan Basis Aparat Militer
Pemerintah Kab. Puncak Bertanggung Jawab Atas Korban Pengungsian Rakyat Sipil Akibat Operasi Militer.
4. Kami Mengutuk Keras Aparat TNI & Polri yang melakukan Penganiayaan, yang mengakibatkan Kematian Terhadap Anak SD Makilon Tabuni serta 6 teman Lainnya. Dan Segera Diadili Pelaku Secara Hukum yang berlaku.
5. Pemerintah Kabupaten Puncak Segera Menjalankan Roda Pemerintahan di Kabupaten Puncak dan hentikan aktifitas Pemerintahan di Kab.Timika karena Timika bukan wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Puncak.
6. Segera Buka Akses Jurnalis Asing dan Nasional Untuk Meliput Konflik DI Papua (Khususnya Di Kaputen Puncak Papua )
Kami Menolak Tim Investigasi Bentukan Aparat TNI Dan Mendesak Pemerintahan Jokowi Untuk Membentuk Tim Investigasi Independen.
7. Aparat TNI & Polri Segera bertangung Jawab Kematian Makilon Tabuni serta 6 teman Lainnya
8. Kami Menolak Tim Investigasi Bentukan Aparat TNI Dan Mendesak Pemerintahan Jokowi Untuk Membentuk Tim Investigasi Independen.
9. Aparat TNI & Polri Segera bertangung Jawab Kematian Makilon Tabuni serta 6 teman Lainnya
Pukul 17:40 wib,
Massa aksi menuju ke LBH jakarta. Aksi berjalan lancar namun massa aksi tidak melakukan aksi di titik aksi karena Represifitas oleh TNI & Proli .
0 Komentar